×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Dialog Ketahanan Pangan Banten, Penanaman Pisang, Talas Beneng dan Porang

Rabu, Februari 17, 2021 | 09:34 WIB Last Updated 2021-02-17T02:35:38Z


OnlinePantura.com - Pertanian adalah sektor yang minim terdampak dari adanya resisi ekonomi karena pandemi Covid-19, sehingga dalam hal mendukung program ketahanan pangan ke depan, sejumlah organisasi masyarakat mengadakan Dialog Ketahanan Pangan Banten yang menghadirkan Prof. Dr. Ir. Anton Apriyantono, M.Si., Menteri Pertanian di Era SBY, Dr. Fadlullah, Sekretaris Jenderal Forum Silaturahim Pondok Pesantren (FSPP) Provinsi Banten, Dr. Abdul Fatah, M.Pd., Ketua UPBK Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA), Muhammad Hasan Gaido, Dewan Pembina Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI) Provinsi Banten, dan Ardi Maulana, Pelaku Bisnis Talas Beneng di Aula Utama Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound, Selasa (16/02) Serang, Banten.

Pada kesempatan ini, Dr. Abdul Fatah menyampaikan bahwa UNTIRTA sebagai universitas  terbesar di Banten, turut berkepentingan untuk terlibat mewujudkan program ketahanan pangan di Banten melalui jalur akademis.

“UNTIRTA punya Fakultas Pertanian, kami punya lahan yang bisa dikerjasamakan dengan pihak-pihak yang ingin terlibat, kami bahkan punya profesor khusus mengkaji talas beneng. Kami dari akademisi siap berkolaborasi dengan melahirkan hasil riset-riset inovatif di bidang pertanian.” Ujar Abdul Fatah.

Selanjutnya pelaku bisnis atau praktisi talas beneng, Ardi Maulana bercerita tentang masa-masa awal dia memulai menanam talas beneng yang dulu mungkin banyak orang belum sadar besarnya manfaat dan potensi ekonomi tanaman ini.

"Saya sudah  nanam talas beneng di Pandeglangs sejak kecil, saat itu masa SD-SMP. Saat itu talas beneng lebih dikenal manfaatnya sebagai makanan saja belum sebagai komoditi. Barulah di 2016, saya lakukan perencanaaan khusus menamam talas beneng bermula dari lahan seluas 4 hektar. 

Alhamdulillah berkat program kerjasama kami dengan swasta dan pemerintah daerah , saat ini kami terlibat dalam pengembangan talas beneng seluas 4.000 hektar yang tersebar di berbagai daerah; ada di Palembang, Lampung, Sumatera Utara, dan Kalimantan.”Ungkap Ardi  

Ardi juga menambahkan, dia selaku Ketua Bidang Talas Beneng INTANI Banten sangat ingin dan siap berkolaborasi mewujudkan ketahanan pangan di Banten.

Hal sendana juga disampaikan oleh Dr. Fadulullah, yang menyampaikan bahwa FSPP saat ini memiliki 4.000 lebih  pondok pesantren  di Banten. 

“Pondok pesantren punya berbagai aset mulai dari sumber daya insani, fasilitas dan lahan yang bisa dikolaborasikan untuk mendukung program ketahanan pangan Banten berbasis pondok pesantren. Anda FSPP sudah memulai dan terus akan dikembangkan.”Ujar Sekjen FSPP ini. 

Di kesempatan ini juga, Prof. Anton Apriyantono menyampaikan harapan besarnya bahwa ketahanan pangan Banten tidak hanya bersal dari tanaman padi, tapi juga dari tanaman budidaya lain, seperti talas beneng dan porang yang nantinya bisa menjadikan Banten penopang pangan Ibu Kota DKI Jakarta, bahkan bisa ekspor ke luar negeri.

Pertanian adalah sektor yang minim terdampak dari adanya resisi ekonomi karena pandemi Covid-19, sehingga dalam hal mendukung program ketahanan pangan ke depan, sejumlah organisasi masyarakat mengadakan Dialog Ketahanan Pangan Banten yang menghadirkan Prof. Dr. Ir. Anton Apriyantono, M.Si., Menteri Pertanian di Era SBY, Dr. Fadlullah, Sekretaris Jenderal Forum Silaturahim Pondok Pesantren (FSPP) Provinsi Banten, Dr. Abdul Fatah, M.Pd., Ketua UPBK Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA), Muhammad Hasan Gaido, Dewan Pembina Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI) Provinsi Banten, dan Ardi Maulana, Pelaku Bisnis Talas Beneng di Aula Utama Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound, Selasa (16/02) Serang, Banten.

Pada kesempatan ini, Dr. Abdul Fatah menyampaikan bahwa UNTIRTA sebagai universitas  terbesar di Banten, turut berkepentingan untuk terlibat mewujudkan program ketahanan pangan di Banten melalui jalur akademis.

“UNTIRTA punya Fakultas Pertanian, kami punya lahan yang bisa dikerjasamakan dengan pihak-pihak yang ingin terlibat, kami bahkan punya profesor khusus mengkaji talas beneng. Kami dari akademisi siap berkolaborasi dengan melahirkan hasil riset-riset inovatif di bidang pertanian.”Ujar Abdul Fatah.

Selanjutnya pelaku bisnis atau praktisi talas beneng, Ardi Maulana bercerita tentang masa-masa awal dia memulai menanam talas beneng yang dulu mungkin banyak orang belum sadar besarnya manfaat dan potensi ekonomi tanaman ini.

"Saya sudah  nanam talas beneng di Pandeglangs sejak kecil, saat itu masa SD-SMP. Saat itu talas beneng lebih dikenal manfaatnya sebagai makanan saja belum sebagai komoditi. Barulah di 2016, saya lakukan perencanaaan khusus menamam talas beneng bermula dari lahan seluas 4 hektar. 

Alhamdulillah berkat program kerjasama kami dengan swasta dan pemerintah daerah , saat ini kami terlibat dalam pengembangan talas beneng seluas 4.000 hektar yang tersebar di berbagai daerah; ada di Palembang, Lampung, Sumatera Utara, dan Kalimantan.”Ungkap Ardi. (Solihin) 

×
Berita Terbaru Update