OnlinePantura.com-Pemberlakukan kebijakan Work From Home (WFH) alias bekerja dari rumah selama masa pandemi Covid-19 berpotensi menimbulkan masalah, Beberapa diantaranya adalah kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan meningkatnya angkat perceraian.
Hal ini diungkapkan oleh dua dosen dari Universitas Indonesia. Mereka diantaranya adalah Imam B Prasodjo, Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI); dan Dave Lumenta Dosen Antropologi FISIP UI.
Imam B Prasodjo menjelaskan, kebijakan WFH membuat sebagian suami dan istri yang pada umumnya banyak menghabiskan waktu tidak di rumah, tiba-tiba sekarang berinteraksi bersama-sama dengan anak di rumah. Menurut dia, kebijakan WFH itu menimbulkan banyak perubahan dalam keluarga.
“Yang negatif, angka perceraian meningkat. positifnya, semakin paham apa yang terjadi di dalam keluarganya sendiri,” jelasnya,
Selama ini kata dia, seorang suami menghabiskan waktu bekerja di luar rumah, maka kerap tidak memperhatikan kondisi di dalam keluarga. Dia mengharapkan agar terjadi dampak positif di keluarga selama penerapan WFH tersebut. Mudah-mudahan positif, harapan kualitas keluarga menjadi bagian penting dari hikmah Covid-19 ini.
Sementara, Dave Lumenta mengungkapkan, terjadi peningkatan kasus KDRT selama penerapan lockdown atau karantina wilayah. “Selama lockdown (artikel) yang pernah saya baca di Eropa meningkat KDRT,” jelas Dave.
Dia menjelaskan, angka kekerasan itu meningkat karena dampak dari tingkat stres seseorang. Ini disebabkan karena banyak orang belum terbiasa di rumah selama 24 jam sehari. Belum lagi ketakutan stres, ketidakpastian income (pendapatan). "Orang stres karena persoalan psikosomatik tentunya menggangu relasi dengan anggota di rumah,” tambahnya.(One)
