onlinepantura.com DEPOK -
Pangkalnya teroris adalah dari sifat intoleransi. Orang yang menjadi teroris bisa dipastikan punya sikap yang intoleran. Hal tersebut disampaikan oleh Roby Sugara Pengamat Teroris dari UIN Syarif Hidayatullah dalam acara Halaqoh Kebangsaan yang digelar di Pondok Pesantren Baitul Hikmah, Jl Curug, Bojongsari, Depok Jawa Barat, pada Rabu, 29 Januari 2020.
Halaqoh Kebangsaan, yang mengambil tema "Milenial Peduli Damai Bersama Tangkal Intoleransi", diikuti oleh sekitar 80 peserta. Hadir pula sebagai narasumber Sofiudin dari Lembaga Fatwa MUI Pusat.
Menurut Roby Sugara mengatakan, teroris merupakan orang yang melegalkan agama untuk kekerasan, mereka adalah anti demokrasi.
"Pangkalnya teroris adalah dari sifat intoleransi. Orang yang menjadi teroris bisa dipastikan punya sikap yang intoleran," lanjutnya.
Salah satu cara menangkal teroris adalah melalui jaringan literasi. Diera milineal mereka merekrut melalui sosial media. Sehingga anak anak milineal harus dikuatkan literasinya.
Diera sekarang, orang tidak memiliki keilmuan agama yang matang, tetapi bisa eksis memberikan ceramah dimana, pada akhirnya mereka terjerumus dalam menebar kebencian. Kajian literasi itu sangat penting, maka perlu dikenalkan sejak awal kepada para santri,"jelasnya.
Sedangkan Sofiudin dari Lembaga Fatwa MUI Pusat memaparkan bahwa terorisme adalah nyata baik di Indonesia atau negara lain. Bicara teroris sangat kompleks adanya kepentingan, politik, ekonomi, ideologi, dan seluruh aspek kehidupan.
Kriteria teroris harus jelas, sehingga tidak menjadi kabur dan menimbulkan fitnah. Perang dunia pertama pelakunya bukan orang Islam, demikian juga dalam perang dunia kedua. Mereka sering mengatasnamakan Islam untuk mencoreng orang Islam,'ungkapnya.
Runtuh gedung kembar di Amerika Serikat banyak kejanggalan. Kejadian Ini dialamatkan kepada orang Islam. AS Inggris, Israel sering menjadi pelaku huru hara. Pesantren itu mengajarkan aklaqul kharimah, tidak ada pesantren mengajarkan tindak teroris.***