Oleh : Budi Usman
Penduduk Kabupaten Tangerang dan sekitarnya tertegun dan bingung, bangun tidur dikepung oleh banjir. Hari pertama tahun 2020 pula. Sesuatu yang sebenarnya sudah bisa diketahui dan pahami.
Banjir memang rutin menghampiri Kabupaten Tangerang , nyaris setiap musim penghujan, ga perduli siapa Bupatinya. Sejak dulu ya begitu itu dan itu menjadi pengetahuan dan pemahaman kita semua, bahkan yang bukan penduduk Tangerang juga tahu itu.
Tetapi pengetahuan dan pemahaman akan terjadi banjir sewaktu waktu di , tidak mendorong untuk mengadakan persiapan yang maksimal.
Pengetahuan dan pemahamannya tidak beranjak secara fungsional pada perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dgn sistemik.
Maka banjir menimbulkan korban berupa rumah, motor, mobil, penerbangan dan perjalanan menjadi gagal. Itu menebarkan pengaruh yang luas pada kerugian ekonomi dan sosial.
Respon Tim Orange juga tidak sesigap beberapa tahun lalu, mungkin merasa bahwa banjir tidak akan terjadi secara mendadak di hari pertama awal tahun 2020. Mereka lupa, hujan yang merata dan berkeadilan tidak pernah menunggu waktu manusia untuk bersiap, tetapi menunggu waktunya sendiri kapan dan dimana akan turun air hujan itu.
Masalah klasik Banjir khususnya sepanjang sungai Cisadane sejak dulu sebenarnya. Banjir menjadi tradisi ancaman yang bersifat laten. Tapi jika dilakukan penanganan yang sistemik dan berkelanjutan sepanjang tahun, dampak banjir diyakini tidak akan meluas dan memberi konsekwensi yang dalam.
Ini bisa diukur dengan hujan sepanjang hari sejak sore kemarin yang sebenarnya tidak besarl. Tetapi secara klasik memang ada kiriman air hujan dari bogor yang selalu menimbulkan masalah bagi Tangerang
Beberapa tahun terakhir ini, kita sangat cape menunggu kebijakan pemerintah pusat dan daerah untuk segera menyediakan lahan resapan air dalam bentuk pembuatan waduk di beberapa titik di Tangerang utara.
Berharap pekerjaan pembuatan waduk bisa dilakukan berkelanjutan sampai selesai, agar Pemkab Tangerang , Pemprov Banten dan Balai besar Cisadane Ciliwung PUPR RI, memiliki kapasitas besar untuk menampung air hujan kiriman dari Bogor dan kota Tangerang di tambah dengan visi dan kemampuan mempetakan tali temali yang terkait dengan problem banjir, maka maka harapan banjir tidak lagi menjadi masalah bisa terwujud dan diwujudkan dengan cepat dan tuntas.
Berharap moratorium atau penghentian alih fungsi lahan konservasi seperti sawah dan Empang atau hijau di Tangerang Utara serta moratorium alih fungsi lahan Bantaran sepanjang jalur konservasi Cisadane adalah kerja cepat yang ditunggu rakyat kepada Bupati Tangerang Zaki Iskandar dengan segera terwujud secepatnya.***