onlinepantura.com BANDUNG - Sebuah gerakan radikal merupakan langkah yg harus ditempuh dan dilaksanakan bagi kawan-kawan mahasiswa, karena sebuah gerakan tanpa aksi radikal tidak bisa memutuskan hal yang lebih baik.
Demikian hal dengan kebijakan, tetapi jangan menggunakan cara-cara ektrimis dan intoleransi, karena dampaknya sangat merusak, "Hal itu disampaikan Aktivis yang juga Ketua RIM (Rumah Indonesia Merdeka) Irwan Suhanto, SH dalam Seminar Nasional melalui tema "Peran Pemuda Menangkal Ekstrimis di Era Digital" di Hotel Bumi Kitri, Cikutra, Bandung, Jawa Barat (29/10/2019).
Kegiatan dihadiri oleh Drs. Nu'man Abdul Hakim (tokoh masyarakat/wakil Gubernur Jabar 2003-2008), Dr. Dadan Suherdiana (Wakil Dekan lll Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung).
Lebih lanjut dikatakan bahwa mahasiswa di era 98 susah mencari buku-buku yang bisa menjadi inspirasi untuk melakukan sebuah gerakan. Di era sekarang dunia ada dalam gegaman, karena apa yang terjadi di belahan dunia yang lain, dalam detik yang sama bisa disaksikan.
Semestinya gerakan mahasiswa diawali baca, diskusi, konsolidasi baru melaksanakan aksi, tetapi sekarang konsolidasi langsung aksi."Mahasiswa harus punya gagasan, karena republik tidak boleh kosong dengan gagasan.
Jangan Pancasila dipersepsikan dengan kehendak kekuasaan. Yang dihadapi saat ini bukan hanya ekstrimis tetapi juga liberalisasi,"jelasnya.
Demikian halnya dengan Drs. Nu'man Abdul Hakim tokoh masyarakat yang juta Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2003-2008) menyampaikan, “pemuda yang kritis terhadap permasalahan merupakan hal yang harus dilakukan. Anak muda jangan dimatikan dengan gerakan, tetapi harus diajak diskusi dengan semua kalangan”.
Lebih lanjut menjelaskan, “sekarang ini yang sangat memprihatinkan adalah munculnya pandangan mengarah pada kafir dan bukan kafir.
Pandangan ekstrimisme seperti ini sangat membahayakan dan menjadi tantangan bagi semua pihak,"jelasnya.
"Untuk mencegah sikap ekstrimis, kepala rumah tangga harus menjadi komandan, memberikan arahan yg paling bijak. Menjunjung tinggi adat istiadat harus dipraktekan dilingkungan keluarga.
"Ideologi tidak bisa dibunuh, tetapi ideologi bisa diberikan gagasan yang argumentatif dan masuk akal. Harus dilawan ekstrimis yang mengatakan negara ini tidak sah.
Lawan kepada mereka yang mengatakan hanya cara mereka yg tepat untuk bisa mengurus negara. Demokrasi yang sangat liberal harus dikritisi karena tidak tepat diterapkan di sini,"ungkapnya.
Sedangkan Dr. Dadan Suherdiana (Wakil dekan lll UIN Bandung) mengatakan, Komunikasi penyiaran Islam harus ditingkatkan untuk memupuk semangat nasional dan untuk menyikapi isu-isu tingkat nasional.
Kedepan harus memiliki visi dan misi yang lebih maju secara nasional, regional, dan internasional. Kita bersatu untuk Indonesia yang lebih maju lagi.
Sementara itu, Demisioner Penyiaran Islam Anwar Aziz mengatakan, keberadaan kita di sini tidak lain adalah untuk kemajuan penyiaran Islam. "Tugas terberat adalah menyakin bahwa seluruhnya sebagai anggota tidak terjangkit radikalisme,"paparnya.
(Solihin/Red)