onlinepantura.com SEMARANG -
"Membaca Peta Pergerakan Radikalisme Indonesia" itulah yang menjadi tema kegiatan Talk Show pada Minggu 28 Juli 2019 di Aula Ponpes Wali, Jl Mertoyudan no 99, Candirejo, Tuntang, Semarang.
Kegiatan diikuti oleh sekitar 70 peserta. Hadir sebagai pemateri KH Ahmad Nadhif (Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (PP GP Ansor), Dr. Sidqon Maesur (Ketua OIAAI Jateng), Marbawi A Katon (Ketua Umum GNKRI).
KH Ahmad Nadhif, Lc, ME, (PP GP Ansor) mengatakan, kelompok kaum radikal dalam mengembangkan sayap melalui berbagai celah. Mereka menyasar ke seluruh elemen seperti wilayah kampus, birokrat, pengusaha strategis,"ungkapnya.
Selain itu, Kelompok ini juga diperkirakan telah masuk dunia hiburan, mereka menyasar ke para selebriti, artis,pelajar, atlet,tenaga pendidik yang berprestasi juga tak luput dari incarannya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, Strategi yang dilakukan adalah menggunakan kelompok yang berpengaruh yang mampu memberikan sugesti ke masyarakat sehingga memudahkan untuk melakukan doktrinisasi.
Cara pandang dalam konsep bernegara sangat berbeda dengan kaum Islam Indonesia pada umumnya. Gerakannya eksklusive karena menganggap bahwa paham mereka ini adalah paling benar.
Dalam berbagai kesempatan mereka selalu mempertentangkan sunah vs tradisi yaitu menolak segala tradisi karena dinilai tidak ada sunnahnya,"jelasnya.
Demikian halnya dijelaskan, KH Dr. Sidqon Maesur, Lc (Ketua OIAAI Jateng) mengatakan, saat ini yang diinginkan adalah Islam yang moderat seperti yang dianjurkan dalam Al Quran.
Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar tetapi mampu menjadi negara yang Pancasila. Dengan Pancasila maka selamanya tidak akan menerima teroris, sehingga masyarakat harus diajarkan stabilitas keamanan,"ungkapnya.
Saat ini di Indonesia banyak orang-orang yang tidak sadar diajak mendukung teroris yang di timur tengah mereka melawan pemerintahan yang sah.
Mereka bicaranya baik, tetapi punya agenda yg buruk. Ideologi transnasional adalah sangat berbahaya seperti Ikhwanul muslimim, Wahabi, HTI,"katanya.
Seperti halnya dengan Marbawi A Katon (Ketua Umum GNKRI) mengatakan, saat ini banyak yang mempertentangkan antara ideologi, agama dan Pancasila. Silang budaya yang terjadi sejak nusantara berdiri mengakibatkan unsur-unsur budaya Indonesia yang beragam, tetapi basicnya tetap dari kearifan.
Setelah abad ke 25, regionalisasi menjadi watak globalisasi sehingga semua agama mencari pengikut di seluruh dunia. Hal inilah yg berpotensi menjadi permasalahan karena semua agama ada di Indonesia,"ungkapnya.
Solihin